
Kongres Nasional XIII Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) diselenggarakan di Hotel Four Point by Sheraton Makassar selama 3 hari mulai 3-5 November 2016. Kegiatan ini menghadirkan Ketua IAKMI, Ketua IAKMI Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan, Walikota Makassar, Gubernur Sulawesi Selatan, Perwakilan WHO, Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan Wakil Presiden Republik Indonesia sebagai pembicara utama pada hari pertama pembukaan. Kegiatan Kongres selama 3 hari ini meliputi Keynote Speech Session, simposium berbagai tema, dan presentasi lisan. Peserta kongres berasal dari profesi kesehatan di seluruh Indonesia yaitu profesi kedokteran, kesehatan masyarakat, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan lainnya, peserta kongres sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan hingga akhir.[:id]Kongres Nasional. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) ke XIII diselenggarakan di Four Point Hotel oleh Sheraton Makassar selama 3 hari sejak 3-5 November 2016. Kegiatan ini menghadirkan Ketua IAKMI, Ketua Pengda IAKMI Sulsel, Walikota Makassar, Gubernur Sulawesi Selatan, Perwakilan WHO, Menteri Kesehatan RI dan Wakil Presiden RI sebagai keynote spekaer pada hari pertama pembukaan. Kegiatan Kongres 3 hari ini meliputi Keynote Speech Session, simposium bebagai tema, dan oral presentation. Peserta kongres berasal dari profesi kesehatan seluruh Indonesia yakni profesi dokter, kesehatan masyarakat, 2000, kebidanan, dan profesi kesehatan lainnya, peserta kongres sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan hingga akhir.
Pada sesi Simposium, ada beberapa topik yang dibawakan oleh pembaca. Topik pertama dipaparkan oleh Direktur Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI, bapak Dr. H. R. Dedi Kuswenda, M.Kes. Beliau menyampaikan bahwa ada 3 program prioritas pembangunan kesehatan tahun 2016-2017 yakni (1) gerakan masyarakat hidup sehat (2) pendekatan keluarga sehat, serta (3) mendukung peran puskesmas. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang disingkat GERMAS ini adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Hal senada yang disampaikan oleh pemateri kedua, Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns.,M.Kes (Dosen pada Departemen Anak Program Studi Ilmu Keperawatan FK Unhas) dengan topik “Pemberdayaan Keluarga dalam Mengendalikan Gaya Hidup Sehat Anak Obesitas” . Hasil penelitian Dr. Kadek Kunci bahwa melalui Family Empowerment Modified Model (FEMM) terjadi peningkatan kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup anak obesitas, terjadi perubahan kemampuan positif keluarga serta penurunan Indeks Massa Tubuh anak setelah intervensi 6 bulan. Data global dari 183 negara antara tahun 1980-2013, peningkatan prevalensi anak obesitas dan obesitas lebih tinggi dari dewasa yaitu 47,1% pada anak dan 27,5% dewasa (Lancet, 2015). Keluarga memiliki peran penting dalam menciptakan perilaku hidup sehat dengan menyiapkan makanan yang seimbang dan aktivitas fisik setiap hari selama minimal 60 tahun pada usia anak sekolah. Penelitian yang dilakukan sejalan dengan program Indonesia Sehat 2015-2019 bahwa pilar pertama Paradigma Sehat menempatkan program promotif–preventif sebagai landasan pembangunan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, keterlibatan lintas sektor.
Program kedua pembangunan kesehatan adalah pendekatan keluarga sehat, salah satunya melalui pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Program ini lebih lanjut dipaparkan oleh pemateri ketiga Prof.dr.Nasrum Massi, Ph.D (Departemen Mikrobiologi,Fakultas Kedokteran,Universitas Hasanudin) yang memiliki fokus penelitian penyakit infeksi Tuberculoasis (TB). Penyakit TB masih menjadi masalah di Indonesia, dengan kasus yang masih terus meningkat termasuk kasus resistensi multi obat,. Selain itu penegakan diagnosis TB sejauh ini belum memadai, pendanaan TB masih terbatas, dan peran lintas sektoral belum optimal. Indonesia masuk dalam peringkat ke-4 dengan insidensi TB tertinggi di dunia, dimana angkanya menyentuh 0,37–0,54 juta setelah India (2,0–2,5juta), Cina (0,9–1,2juta), Afrika Selatan (0,40–0,59juta) (WHO2011). Penyebab kasus TB masih menjadi masalah besar terutama disebabkan oleh belum meratanya pengetahuan masyarakat tentang TB. Langkah strategi yang telah dicapai oleh pemerintah, antara lain adalah penemuan kasus secara aktif melalui pendekatan pada keluarga penderita TB, pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat melalui organisasi pasien, kader TB, dll.
Dedi menghimbau kepada petugas kesehatan dari berbagai program dan sektoral agar mengambil upaya promotif dan preventif untuk memberdayakan masyarakat